Pemberian imunisasi pada anak sangat penting untuk mencegah penularan penyakit, salah satunya kanker serviks. Penyebab penyakit ini adalah human papillomavirus (HPV) dan bisa dicegah dengan menggunakan vaksin. Ini penjelasan seputar vaksin HPV pada anak mulai dari jadwal imunisasi, manfaat, dan efek samping.
Apa itu vaksin HPV?
Vaksin HPV adalah jenis vaksin yang bertujuan untuk mencegah penyakit karena human papillomavirus.
Pada wanita, virus ini bisa menyebabkan kanker leher rahim, kanker vagina, kanker vulva, kutil kelamin, dan anus. Sementara pada pria, virus HPV bisa menyebabkan penyakit kutil kelamin, kanker anus serta kanker penis.
Namun, imunisasi HPV tidak dapat mencegah jenis-jenis penyakit kelamin lain yang disebabkan oleh bakteri (klamidia, gonorea, dan sipilis), parasit (trikomoniasis), dan virus lainnya (hepatitis B, herpes genital, HIV, zika).
Imunisasi HPV hanyalah berfungsi untuk mencegah infeksi HPV, yang bisa berupa kanker serviks atau kutil kelamin. Untuk mencegah risiko berbagai penyakit kelamin dari penyebab lainnya, tetap diperlukan cara lain.
Beberapa jenis HPV juga telah dikaitkan dengan kanker di mulut dan tenggorokan. Jadi imunisasi untuk HPV ini kemungkinan juga dapat melindungi Anda dari kanker mulut dan tenggorokan.
Virus ini dapat menyerang bagian sel epitel pada kulit dan membran mukosa, yang salah satunya terletak di daerah kelamin.
Sel yang diserang akan menjadi rusak dan mulai tumbuh secara abnormal. Akibatnya, perkembangan virus HPV berisiko menyebabkan kanker.
Bagaimana cara kerja vaksin HPV?
Mengutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 2 jenis vaksin kanker serviks di Indonesia untuk membantu mencegah kanker serviks. Pertama yakni bivalen, dan kedua yaitu tetravalen.
Vaksin bivalen mengandung 2 tipe virus HPV, yaitu tipe 16 dan 18 yang dapat mencegah terjadinya kanker leher rahim. Sementara jenis tetravalen berisikan 4 tipe virus HPV, yakni 6, 11, 16, dan 18.
Keempat tipe virus pada vaksin HPV tersebut berguna untuk mencegah kanker serviks atau leher rahim, sekaligus kutil kelamin atau genital wart.
Vaksin HPV perlu diberikan 3 kali dalam jangka waktu 6 bulan. Vaksin HPV kedua diberikan 1-2 bulan setelah vaksin HPV pertama. Vaksin HPV ketiga diberikan 6 bulan setelah vaksin pertama.
Sebagai contoh, jika Anda mendapatkan vaksin HPV pertama pada 1 Juni, jadwal pemberian vaksin HPV kedua adalah minimal pada 1 Juli atau 1 Agustus. Sementara jadwal pemberian vaksin HPV ketiga adalah minimal pada 1 Desember.
Untuk harga, imunisasi HPV memang tidak mendapat subsidi dari pemerintah sehingga cukup tinggi. Harga vaksin ini sekitar Rp760 ribu sampai Rp920 ribu.
Siapa yang membutuhkan vaksin HPV?
Di Indonesia, pemberian kanker serviks umumnya lebih disarankan untuk anak perempuan, setidaknya dimulai dari usia 10 tahun ke atas. Hanya saja, Kementerian Kesehatan RI berharap agar pemberian vaksin HPV bisa diperluas untuk anak laki-laki nantinya.
Pasalnya, pemberian vaksinasi kepada laki-laki dapat membantu melindungi dan mengurangi penularan virus HPV penyebab kanker serviks ke pasangan seksualnya di kemudian hari.
Sangat ideal untuk anak perempuan dan anak laki-laki untuk menerima vaksin untuk mencegah penyebaran virus dan penyakit sebelum mereka melakukan kontak seksual dan terpapar HPV.
Ini karena sekali terinfeksi, vaksin untuk pencegahan kanker serviks ini tidak akan bekerja efektif, bahkan mungkin tidak bekerja sama sekali.
Jadwal pemberian vaksin HPV
Menurut CDC, vaksin HPV sebagai upaya pencegahan kanker serviks diberikan rutin untuk anak perempuan dan anak laki-laki berusia 11 atau 12 tahun. Namun, ada juga beberapa organisasi merekomendasikan untuk memulai vaksin sejak usia 9 atau 10 tahun.
Respons kekebalan akan lebih kuat jika vaksin diberikan pada usia muda, dibandingkan di usia yang lebih tua. Tingkat efektivitas kerja vaksin ini pun akan semakin tinggi.
Vaksinasi yang diberikan pada remaja putri pada saat berusia 9-13 tahun dinilai paling efektif meskipun belum melakukan hubungan seksual.
Rentang usia ini dinilai efektif karena pada masa inilah tubuh memberikan proteksi respons imun yang lebih baik dibanding usia di atasnya.
Secara khusus, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjadwalkan pemberian imunisasi HPV sebaiknya dilakukan di rentang usia 10-18 tahun.
Jumlah imunisasi HPV bisa diberikan sebanyak 2-3 kali. Dosis kedua vaksin dapat diberikan satu atau dua bulan setelah pemberian vaksin pertama kali tergantung jenis vaksin yang diberikan, apakah bivalen atau tetravalen.
Untuk imunisasi HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan, vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan.
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan karena respons antibodi setara dengan 3 dosis.
Jadwal pemberian vaksin terakhir sekitar 6 bulan usai penyuntikan yang pertama kali. Secara umum, pemberian imunisasi HPV dilakukan dalam waktu:
- Dosis pertama: Saat ini
- Dosis kedua: 2 bulan setelah dosis pertama
- Dosis ketiga: 6 bulan setelah dosis pertama
Jika jadwal pemberian vaksin terlewat, Anda tidak perlu mengulangnya dari awal. Cukup dengan melengkapi dosis vaksin untuk kanker serviks yang terlewat sebelumnya.
Siapa yang tidak boleh mendapatkan imunisasi HPV?
Imunisasi HPV tidak disarankan untuk wanita hamil atau orang yang sedang sakit parah. Melansir dari CDC, wanita yang sedang hamil baru diperbolehkan untuk mendapat vaksin ini setelah melahirkan.
Jika mendapati diri hamil setelah menerima suntikan pertama vaksin HPV, Anda dianjurkan untuk menunda pemberian suntikan berikutnya hingga melahirkan.
Meski umumnya seorang ibu yang tidak mengetahui dirinya hamil saat vaksin tidak perlu khawatir, cobalah untuk tetap berkonsultasi ke dokter.
Informasikan segala jenis alergi yang dimiliki sebelum vaksin dilakukan. Jika Anda juga memiliki reaksi alergi terhadap kandungan atau komponen vaksin atau dosis vaksin sebelumnya, Anda seharusnya tidak diperbolehkan mendapat vaksin ini.
Apa efek samping imunisasi HPV?
Efek samping dari imunisasi HPV biasanya terbilang ringan. Bahkan, ada juga yang tidak merasakan efek samping apapun setelah mendapatkannya.
Efek samping imunisasi yang paling umum dari setelah penyuntikan adalah rasa sakit, pembengkakan atau kemerahan pada tempat suntikan. Pusing atau pingsan kadang juga terjadi setelah vaksinasi dilakukan.
Efek samping yang sangat umum
Lebih dari satu per seratus perempuan yang mendapatkan imunisasi HPV mengalami:
- Demam
- Mual (tidak enak badan)
- Nyeri di lengan, jari tangan, kaki, dan jari kaki
- Kemerahan, memar, gatal, bengkak, nyeri, atau selulitis
- Sakit kepala
Efek samping yang jarang
Sekitar satu per sepuluh ribu perempuan yang mendapatkan vaksin HPV mengalami ruam merah yang gatal (urtikaria atau biduran).
Efek samping yang sangat langka
Kurang dari satu per sepuluh ribu perempuan yang mendapatkan vaksin kanker serviks mengalami masalah dan kesulitan bernapas (bronkospasme).
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin mengalami reaksi alergi serius setelah mendapatkan vaksin. Reaksi ini dikenal juga sebagai syok anafilaktik. Tanda-tanda syok anafilaktik termasuk:
- Kesulitan bernapas
- Mata, bibir, alat kelamin, tangan, kaki dan daerah lainnya membengkak (angioedema)
- Gatal
- Mulut terasa seperti besi
- Mata sakit, merah, dan gatal
- Perubahan denyut jantung
- Hilang kesadaran
Sekali lagi, reaksi parah seperti ini sangat langka. Perbandingannya yaitu satu per satu juta orang. Jika Anda memiliki reaksi alergi yang parah, segera hubungi dokter.
Ada baiknya tetap berikan vaksin pada si kecil karena anak yang tidak diimunisasi atau anak terlambat imunisasi risiko tertular penyakit lebih besar.
Apakah vaksin HPV memengaruhi kesuburan wanita?
Penelitian berjudul The Effect of Vaccination Against Human Papillomavirus on Fecundability menunjukkan bahwa vaksin HPV adalah cara memperbaiki kemungkinan kesuburan pada beberapa wanita.
Penelitian ini menggunakan data dari Pregnancy Study Online (PRESTO), sebuah kelompok yang sedang mengusahakan kehamilan dari perencana kehamilan di Amerika Utara.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatric and Perinatal Epidemiology ini melibatkan 3.483 wanita dan 1.022 pria berusia 21 sampai 45 tahun yang secara aktif berusaha untuk hamil.
Pasangan diikuti selama 12 bulan atau sampai kehamilan. Pada saat pendaftaran, 33,9 persen wanita dan 5,2 persen pria telah mendapatkan imunisasi HPV.
Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara vaksin HPV dengan wanita yang memiliki riwayat penyakit kelamin. Seseorang yang memiliki riwayat atau gejala penyakit kelamin sering dikaitkan dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Namun, wanita dengan riwayat penyakit kelamin yang divaksinasi akan memiliki kesempatan hamil yang sama dengan wanita yang belum divaksin dan tidak memiliki riwayat penyakit kelamin.
Dengan kata lain, vaksin HPV dapat melindungi kesuburan wanita yang memiliki penyakit kelamin.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, tidak ada lagi keraguan untuk melakukan imunisasi HPV karena takut tidak subur.
Sudah vaksin HPV, masih perlukah melakukan tes pap smear?
Vaksin HPV adalah langkah pencegahan kanker serviks dan tidak bisa menggantikan tes pap smear. Pemeriksaan rutin kanker serviks melalui tes pap smear merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan seorang wanita.
Pap smear adalah sebuah tes untuk mendeteksi dini kanker serviks keadaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina. Dengan pemeriksaan rutin, dokter bisa langsung mendeteksi jika ada perubahan sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker.
Tes pap smear sebaiknya mulai dilakukan sejak wanita berusia 21 tahun atau sudah aktif berhubungan seksual. Pemeriksaan ini dapat dilakukan 3 tahun sekali.
Perlukah vaksin HPV bila mengalami kutil kelamin?
Vaksin HPV pada dasarnya dimaksudkan untuk mencegah infeksi. Akan tetapi, dalam beberapa kasus vaksin ini justru bisa berfungsi sebagai pengobatan yang bertujuan untuk membantu membersihkan virus kutil kelamin pada orang yang sudah pernah terinfeksi.
Jadi, melakukan vaksin meski telah terinfeksi menjadi pilihan bijak yang bisa Anda ambil. Pasalnya, ada sekitar 30 hingga 40 jenis virus HPV yang ditularkan secara seksual.
Dengan begitu, melakukan vaksin HPV setelah terinfeksi juga bisa membantu melindungi Anda dari jenis HPV lainnya yang mengintai tubuh.
Dikutip dari lama Health Harvard Edu, vaksin HPV dapat memberikan perlindungan yang cukup menjanjikan. Vaksin ini membantu mengurangi luka dan peradangan kutil kelamin sebesar 35 persen.
Selain itu, vaksin juga tak hanya mencegah infeksi dari empat jenis HPV yang ditargetkan tetapi juga mengurangi 38 persen risiko lesi prakanker yang disebabkan oleh 10 strain lainnya.
Namun, Anda juga perlu menyadari bahwa melakukan vaksin saat telah memiliki infeksi bukan berarti secara total menghilangkan infeksi yang Anda miliki.
Vaksin juga tidak melindungi Anda dari semua jenis HPV. Para ahli pun tidak mengetahui secara persis berapa lama vaksin HPV dapat berjalan dengan efektif. Namun, vaksin bisa membantu melindungi Anda dalam jangka waktu sekitar lima tahun.
Oleh karena itu, meski Anda telah melakukan vaksinasi ada baiknya untuk tetap menjalani tes Pap smear dan pemeriksaan panggul secara teratur.
Pasalnya, orang yang telah terinfeksi virus HPV seperti kutil kelamin tetap berisiko tertular virus HPV jenis lainnya, termasuk yang menyebabkan kanker serviks.
The post Vaksin HPV: Ketahui Manfaat, Efek Samping, dan Jadwal Pemberiannya appeared first on Hello Sehat.