Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui jalur penularan langsung maupun tidak langsung. Setiap jalur penularan COVID-19 memiliki skala risiko yang berbeda-beda. Bagaimana skala risikonya masing-masing jalur penularan?
Skala risiko pada setiap jalur penularan COVID-19
Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperbarui kembali panduan yang berisi bagaimana jalur penularan COVID-19. Paling tidak ada tiga jalur penularan yang memungkinkan seseorang tertular virus ini yakni kontak dekat, menghirup udara berisi virus (airborne), dan menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi lalu menyentuh wajah. Meski begitu CDC menyebutkan bahwa setiap jalur penularan COVID-19 memiliki skala risikonya masing-masing.
“CDC percaya pada perkembangan studi saat ini, bahwa semakin dekat dan semakin lama berada dekat seseorang yang terinfeksi COVID-19 maka risiko tertular semakin besar,” tulis CDC dalam pernyataan update panduan tersebut.
Pembaruan ini mengakui studi terbaru yang menunjukkan penularan COVID-19 bisa terjadi melalui sentuhan dengan permukaan-permukaan yang terkontaminasi dan melalui udara dalam keadaan tertentu.
Namun CDC tetap menekankan bahwa virus penyebab COVID-19 lebih umum menyebar melalui kontak dekat daripada penularan melalui udara.
Skala risiko penularan COVID-19 paling umum terjadi melalui kontak dekat
CDC menempatkan kontak erat sebagai jalur penularan paling utama yang menyebabkan seseorang terinfeksi COVID-19. Virus ini menular melalui cipratan cairan pernapasan (droplet) ketika seseorang yang terinfeksi bicara, batuk, bersin, tertawa, dan sebagainya.
Droplet dalam ukuran besar bisa terlihat dan terasa ketika seseorang terkena cipratannya, tapi bisa juga keluar dalam ukuran partikel kecil yang tidak terlihat.
Menurut CDC, cipratan droplet ini bisa keluar hingga sejauh 6 kaki atau 1,8 meter. Orang yang tidak menjaga jarak fisik atau berada di dekat orang dengan COVID-19 dinyatakan sebagai kontak erat dan memiliki risiko tertular yang tinggi.
Namun, virus yang keluar bersama droplet ini bisa juga bercampur dengan udara dan berubah menjadi aerosol lalu menyebabkan penularan bisa terjadi melalui udara atau airborne.
421,731
353,282
14,259
Penularan COVID-19 karena menghirup udara yang terkontaminasi (airborne)
Coronavirus penyebab COVID-19 dinyatakan bisa menular melalui udara. Beberapa bukti ilmiah telah menunjukkan virus ini bisa bertahan di udara selama beberapa jam dalam bentuk aerosol. Aerosol adalah partikel sangat kecil yang bisa melayang di udara, contohnya seperti kabut.
Virus dari seseorang yang terinfeksi bisa keluar menjadi aerosol dalam keadaan-keadaan tertentu. Misalnya saat dokter melakukan prosedur pemasangan ventilator atau alat bantu napas yang terjadi penekanan ke paru-paru sehingga akan banyak cairan pernapasannya keluar dalam bentuk aerosol.
Berbeda dengan droplet yang tidak bisa bergerak jauh, virus yang telah menjadi aerosol ini bisa bergerak lebih jauh.
Virus berbentuk aerosol bisa terhirup dan menyebabkan seseorang yang menghirupnya terinfeksi COVID-19. Ini yang disebut penularan melalui airborne.
Para ahli percaya penularan jalur airborne ini dapat terjadi dalam ruangan tertutup, ber-AC, dan memiliki sirkulasi udara yang buruk. Selain itu seseorang yang bernapas dengan berat, misalnya saat bernyanyi atau berolahraga, juga berpotensi mengeluarkan droplet yang dapat bertahan lama di udara.
CDC mengatakan penularan COVID-19 melalui airborne terjadi dalam skala kecil. Sejak awal memang baik CDC maupun WHO tidak tegas dalam mengakui airborne sebagai jalur penularan virus corona yang harus diperhatikan.
Bulan Juli lalu, WHO mengakui penularan COVID-19 dapat terjadi melalui airborne setelah ditekan oleh setidaknya 239 ilmuwan dari berbagai negara. Ilmuwan ingin WHO dan organisasi-organisasi kesehatan mengakui fakta ilmiah ini agar bisa menerapkan panduan pencegahan penularan yang tepat.
Penularan melalui sentuhan dengan permukaan benda yang terkontaminasi
CDC mengatakan skala penularan COVID-19 dengan sentuhan pada benda yang terkontaminasi coronavirus ini jarang terjadi.
Penularan COVID-19 bisa terjadi saat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi coronavirus lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan.
Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini termasuk virus yang tidak mampu memperbanyak diri tanpa menumpang di inang hidup. Meski begitu, virus dapat bertahan di permukaan benda selama beberapa jam sebelum akhirnya mati. Pada saat inilah penularan dapat terjadi. Karena itu setiap orang diimbau untuk rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
The post Skala Risiko Penularan COVID-19: Barang Terkontaminasi hingga Airborne appeared first on Hello Sehat.