Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Sebuah studi di Inggris melaporkan hubungan yang kuat antara jenis kelamin laki-laki dan risiko kematian akibat COVID-19. Laporan ini dibuat setelah dilakukan penelitian pada 17.000 orang dewasa yang tertular COVID-19.
Dalam studi yang dilaporkan Catherine Gebhard dalam jurnal Biomedcentral: Biology of Sex Differences menulis sekitar 60% kematian akibat COVID-19 terjadi pada laki-laki.
Gebhard menjelaskan, berdasarkan data dari negara asal virus tersebut yaitu China, COVID-19 lebih mematikan bagi laki-laki yang terinfeksi daripada perempuan. Tingkat kematian pada laki-laki di China sebesar 2,8%, sedangkan pada perempuan berada di angka 1,7%.
Apa alasan dan risiko perburukan gejala COVID-19 pada laki-laki?
Faktor kekebalan tubuh atau kemampuan respons imun
Laki-laki lebih berisiko mengalami gejala buruk COVID-19 karena perbedaan repons kekebalan tubuh. Perbedaan kekuatan respons kekebalan tubuh ini juga terjadi pada beberapa penyakit lain.
Faktor kekebalan tubuh memang seringkali berpengaruh cukup besar dalam setiap penyakit termasuk COVID-19. Antibodi pada tubuh perempuan secara konsisten merespons vaksin musiman dengan lebih kuat dibanding pada laki-laki.
Perbedaan utama dalam kemampuan respons antibodi antara laki-laki dan perempuan terjadi selama fase awal infeksi SARS-CoV-2. Hal ini dijelaskan dalam studi yang dipublikasikan jurnal Nature. Salah satu tim peneliti, Takahashi Takehiro, menuliskan bahwa peradangan lebih besar terjadi lebih banyak pada pasien COVID-19 berjenis kelamin laki-laki.
Studi ini juga mengamati bagaimana perbedaan jenis kelamin memengaruhi kekuatan respons sitokin di mana laki-laki menunjukkan tingkat sitokin yang lebih tinggi. Tingkat sitokin yang tinggi bisa menyebabkan peradangan. Peradangan seperti ini pada dasarnya dapat berguna untuk membunuh patogen, tapi reaksi berlebih dapat menimbulkan demam lebih tinggi dan gejala buruk COVID-19 lainnya.
Dalam kasus COVID-19 yang parah, peradangan akibat kebanyakan sitokin dapat merusak paru-paru. Selama terjadi peradangan tersebut sistem imun melepas molekul yang bersifat racun bagi si virus tapi juga menjadi racun bagi jaringan paru-paru.
Akibatnya, terjadi penumpukan cairan di paru-paru dan mengurangi oksigen yang tersedia di tubuh untuk berfungsi normal. Ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan, syok, dan berpotensi kegagalan banyak organ.
365,240
289,243
12,617
Infeksi COVID-19 cenderung terjadi lebih lama pada laki-laki
Studi yang dilakukan Takehiro juga menemukan bahwa laki-laki memiliki jumlah sel T lebih rendah dibanding perempuan. Sel T atau limfosit T adalah sel darah putih yang memainkan salah satu peran utama dalam sistem kekebalan tubuh. Kekuatan sel T dapat membunuh virus yang masuk ke dalam tubuh seperti halnya antibodi.
Ketika Sel-T diaktifkan untuk merespons infeksi SARS-CoV-2, tubuh laki-laki dengan tingkat Sel-T yang rendah memungkinkan untuk menderita lebih parah.
Namun, dengan mengetahui informasi tersebut, dokter dapat membantu dan memperlakukan pasien laki-laki lebih serius agar dapat mencapai kesembuhan. Dengan risiko biologis bawaan yang lebih besar maka laki-laki perlu waspada tentang jarak sosial, mencuci tangan, dan mengenakan masker.
Kepatuhan yang lebih tinggi terhadap perlindungan pencegahan infeksi, terutama pada laki-laki dapat mengurangi risiko infeksi. Selain itu juga mengurangi peningkatan risiko penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.
The post Laki-laki Lebih Berisiko Mengalami Gejala Buruk Saat Terinfeksi COVID-19 appeared first on Hello Sehat.