Terlepas dari begitu banyaknya nama merek dagang dan beragam tampilan kemasan produk, pada dasarnya ada dua jenis utama obat penghilang rasa sakit (analgesik) tanpa resep yang beredar di luaran sana yakni paracetamol vs ibuprofen.
Paracetamol alias acetaminophen, yang ditemukan di Panadol, Bisolvon, Tempra, dan sebagainya. Sementara ibuprofen sebagai obat anti peradangan non-steroid (NSAID) mencakup ibuprofen (Advil atau Proris), naproxen, dan aspirin.
Ibuprofen dan paracetamol adalah obat-obatan penghilang rasa sakit dan penurun demam tanpa resep yang paling umum digunakan, terutama pada anak-anak. Meskipun keduanya sering kali tertukar dan tercampur aduk satu sama lain, ternyata ada banyak perbedaan antara dua obat ini lebih dari yang kita bayangkan.
Ibuprofen dan parasetamol berbeda dalam bagaimana mereka bekerja, seberapa cepat mereka bekerja, dan berapa lama mereka bertahan di dalam tubuh, serta yang mereka dapat diberikan kepada, dan risiko efek samping dan interaksi dengan obat lain.
Berikut ini panduan kami untuk menemukan penghilang nyeri terbaik antara paracetamol vs ibuprofen untuk keluhan spesifik Anda.
Paracetamol vs Ibuprofen
Kapan harus minum paracetamol?
Paracetamol telah digunakan dengan aman selama bertahun-tahun untuk membantu dengan nyeri ringan sampai sedang dan demam untuk bayi di atas usia 1 bulan, anak-anak, dan orang dewasa. Obat analgesik ini bertindak sebagai pereda nyeri umum dan memiliki efek mirip dengan aspirin. Namun, tidak seperti aspirin, yang merupakan obat anti-inflamasi, paracetamol tidak mempercepat penyembuhan peradangan.
Artinya, jika Anda kesakitan karena pergelangan kaki bengkak akibat keseleo, mungkin lebih baik untuk minum Proris daripada menelan satu tablet Panadol. Paracetamol juga tidak akan bekerja efektif menyembuhkan nyeri punggung bawah.
Paracetamol justru lebih dikenal dalam fungsinya menurunkan demam berkat sifat anti-piretik (menurunkan suhu) yang dikandungnya berguna untuk gejala flu, pilek, dan batuk. Obat ini juga sangat baik untuk demam yang disertai pilek dan sakit kepala tegang (tension headache). Paracetamol juga digunakan untuk meringankan sakit kepala, sakit tenggorokan, dan mayoritas nyeri non-saraf (nyeri otot dan sendi, dan nyeri menstruasi/kram perut, misalnya) dari yang ringan sampai sedang. Dilansir oleh Medical Daily, menurut temuan sebuah studi baru asal Australia, paracetamol dapat memberikan sedikit manfaat jangka pendek untuk penderita osteoarthritis.
Beberapa sakit tenggorokan disebabkan oleh bakteri infeksi sekunder, tetapi sebagian besar disebabkan oleh virus. Untuk sakit tenggorokan, yang Anda tidak ingin lakukan adalah meredam pertahanan alami tubuh, yaitu sistem kekebalan tubuh. Ibuprofen dan aspirin adalah obat non-steroid anti-inflamasi — mereka meredam respon peradangan tubuh, mekanisme pertahanan tubuh. Dengan demikian, ini membuat parasetamol (yang merupakan obat penghilang rasa sakit, tapi bukan anti-inflamasi) adalah pilihan yang lebih baik.
Meskipun tidak ada bukti cara kerjanya, salah satu teori menduga bahwa paracetamol menghentikan persepsi rasa sakit dan pelepasan senyawa kimia tertentu di otak — yang terjadi sebagai tanggapan rasa sakit. Parasetamol dapat digunakan pada waktu perut kosong atau setelah makan.
Kapan harus minum ibuprofen
Ibuprofen tampaknya bekerja lebih baik ketika ada bukti yang jelas adanya penyebab inflamasi/peradangan pada tubuh Anda, seperti arthritis atau sakit leher, dan cedera lain. Ibuprofen juga ampuh menangani demam, sakit kepala biasa hingga sedang, migrain, sakit kepala tensi, sakit gigi, rematik, osteoarthritis, juvenile arthritis, nyeri punggung bawah, pembengkakan akibat keseleo atau terkilir, hingga nyeri pasca pembedahan.
Ibuprofen bekerja dalam dua cara: pertama, memblokir produksi senyawa kimia mirip hormon prostaglandin dalam aliran darah yang menyebabkan peradangan dan nyeri. Kedua, ibuprofen bertindak dengan mengurangi peradangan atau iritasi yang mengitari luka, sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Orang dewasa dapat menggunakan ibuprofen berbarengan dengan paracetamol jika perlu, tapi ini tidak dianjurkan untuk anak-anak. Efek penghilang rasa sakit dari ibuprofen segera dimulai setelah pengambilan dosis, tetapi efek anti-inflamasinya kadang dapat memakan waktu hingga tiga minggu untuk mendapatkan hasil terbaik.
Ibuprofen dapat meningkatkan risiko serangan jantung fatal atau stroke, terutama jika Anda menggunakannya jangka panjang atau mengambil dosis tinggi, atau jika Anda memiliki penyakit jantung. Jangan gunakan obat ini sebelum atau setelah operasi bypass jantung. Menggunakan NSAID setelah makan dapat membantu mencegah iritasi lambung.
Masih kebingungan kapan meminum paracetamol atau ibuprofen?
The post Paracetamol vs Ibuprofen: Harus Minum Obat yang Mana? appeared first on Hello Sehat.