Kebersihan organ intim perempuan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pemahaman masing-masing orang, norma, budaya, hingga pemakaian produk pembersih kewanitaan. Kondisi organ intim perempuan akan berubah dari waktu ke waktu. Perubahan yang dialami mencakup perubahan secara anatomis maupun fisiologis, artinya selain perubahan bentuk juga terdapat perubahan fungsi. Oleh karena itu cara merawat organ intim perempuan akan berbeda bagi masing-masing individu.
Perubahan pada organ intim perempuan
Perubahan Anatomis
Organ intim perempuan terdiri dari berbagai susunan yang kompleks. Bagian genital perempuan eksternal yang tampak dari luar disebut vulva. Perubahan anatomis pada vulva dapat diobservasi oleh masing-masing individu. Salah satu perubahan yang memengaruhi perawatan kebersihan genital adalah tumbuhnya bulu-bulu halus. Selain itu, kondisi hormonal yang berubah dapat mengakibatkan produksi cairan vagina, kelenjar keringat, dan sebum mulai aktif. Sehingga pada perempuan yang sudah memasuki usia pubertas dapat ditemukan adanya smegma.
Smegma adalah kumpulan dari sel kulit mati serta produksi kelenjar keringat dan sebum pada perempuan. Tumpukan smegma yang tidak dibersihkan dengan baik dapat menimbulkan bau dan rentan terhadap infeksi. Hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh peranan bakteri yang normal ditemukan di organ intim perempuan.
Perubahan Fisiologis
Pada saat bayi, lingkungan vagina tinggi akan glikogen, dengan rambut serta kelenjar minyak yang masih imatur. Dalam fase ini, dapat ditemukan adanya keputihan ringan berwarna putih atau bercak darah samar yang dipengaruhi oleh hormonal ibu.
Selanjutnya, pada fase anak ditemukan dinding vagina yang tipis, rapat, serta pH vagina netral atau cenderung basa. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya bakteri baik yang menghasilkan asam laktat. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga mencapai fase pubertas. Ketika memasuki fase pubertas, akan timbul perubahan anatomi dan fungsi dari organ intim wanita, contohnya tumbuhnya bulu, dinding vulva yang menebal, mulai menstruasi, serta munculnya sekret alami vagina.
Pada masa reproduktif, pH di dinding vagina bersifat asam (3.8 – 4.4), menyebabkan lingkungan untuk bakteri baik (Lactobaccilus sp.) dapat tumbuh. Terkadang pada beberapa wanita dapat ditemukan adanya organisme di vagina yang mungkin menyebabkan infeksi, seperti jamur kandida dan bakteri Gardnerella vaginalis, serta Staphylococcus aureus meskipun tanpa gejala. Sebuah studi melaporkan, adanya cairan semen seorang laki-laki dalam vagina akan meningkatkan pH serta mengubah tatanan populasi bakteri, menyebabkan tingginya angka kejadian keputihan Vaginosis Bakterial.
Beberapa mikroba juga dilaporkan dapat berubah pada saat hamil. Hal ini karena perubahan pH yang menjadi basa menyebabkan kondisi lebih rentan infeksi. Bahkan metode melahirkan yang dipakai dapat berpengaruh terhadap mikroba yang tumbuh dan berdampak terhadap sistem imun seseorang. Pada wanita menopause, lapisan dinding vagina akan menipis, lebih kering, serta pH lebih basa, menyebabkan keadaan tersebut rentan gesekan dan timbulnya infeksi. Kejadian inkontinensia (ngompol) pada wanita usia lanjut juga berpotensi menimbulkan eksim ataupun infeksi.
Infeksi Vulvovaginal
Keputihan abnormal vulva dan vagina (vulvovaginal), sering disebabkan oleh berbagai macam faktor, misalnya keadaan imun yang menurun, penyakit bawaan, perubahan homonal, stres, atau penggunaan soap/vaginal douche. Keputihan yang abnormal pada umumnya dapat berbau, banyak, berbuih, berwarna tidak bening, serta dapat disertai kemerahan dan gatal di kulit organ intim.
Penggunaan vaginal douche merupakan salah satu penyebab keputihan yang abnormal akibat dari menurunnya kuman yang baik di vagina. Meskipun vaginal douching cukup sering dilakukan oleh masyarakat, tapi sampai saat ini belum ada bukti manfaat yang valid. Selain itu, kebiasaan ini dapat mengurangi respons imun bawaan. Vaginal douche juga meningkatkan resiko infeksi radang panggul, endometriosis, serta infeksi menular seksual.
Anjuran cara merawat organ intim perempuan yang tepat
Jika Anda mengalami gatal-gatal atau keputihan abnormal sebaiknya bersihkan vulva minimal sekali sehari, usahakan menggunakan shower, dengan air yang dicampur sedikit soap-substitute. Gunakan sabun khusus hipoalergenik yang rendah deterjen, dengan pH 4,2-5,6. Mencuci menggunakan air saja dapat memperparah gatal, namun mencuci terlalu bersih juga dapat membuat gejala bertambah buruk. Hindari menggunakan showerpuff atau sikat, cukup gunakan tangan secara lembut dan keringkan dengan handuk. Usahakan tidak menggunakan sabun mandi, antiseptik, shower gel, scrubs, bubble bath, deodorant, tisu bayi, atau douching.
Cara lain merawat organ intim adalah dengan memakai pakaian yang tidak terlalu ketat, gunakan celana dalam berbahan sutra atau katun. Cucilah pakaian dalam secara terpisah dengan menggunakan deterjen biologis tanpa kondisioner. Hindari memakai pantyliners setiap hari, tisu toilet yang berwarna, serta pastikan untuk mencuci pakaian dalam yang baru dibeli. Jangan menggunakan kutek apabila Anda sering menggaruk kulit dengan kuku. Selain itu, rutinlah mengganti celana dalam atau pembalut bila diperlukan.
Kenali dan pahami tubuhmu. Penting bagi seorang perempuan untuk memelihara kebersihan organ genital dalam semua rentang usia. Apabila mengalami keluhan kulit sensitif serta cepat merah, gatal, atau keputihan yang berulang, dianjurkan untuk segera mencari pertolongan dan konsultasi kepada dokter.
Artikel ini ditulis oleh: dr. Yudo Irawan Sp.KK, dan dr. Dionisius Ivan YH.
The post Cara Tepat Merawat Organ Intim pada Perempuan appeared first on Hello Sehat.