Hepatitis C merupakan penyakit hati menular yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Simak informasi lebih lanjut mengenai kaitan antara seks dan penularan hepatitis.
Penularan hepatitis C lewat hubungan seks
Perantara utama penularan hepatitis C dari satu orang ke orang lain yaitu lewat darah dan cairan seksual, seperti air mani atau cairan vagina dari aktivitas seksual yang tidak aman. Penularan hepatitis C lewat seks terjadi dalam 1 dari 190.000 kasus kontak seksual.
Beberapa jalur penularan hepatitis C lainnya yaitu di bawah ini.
- Berbagi jarum yang tidak steril di antara para pengguna obat suntik, seperti mereka yang menyalahgunakan heroin.
- Dari ibu ke bayi saat persalinan.
- Tertusuk jarum (suntik keperluan medis/jarum pentul/peniti/benda tajam lainnya) yang digunakan pada orang yang terinfeksi.
- Meminjam barang pribadi dari orang yang terinfeksi, seperti alat cukur dan sikat gigi.
Infeksi hepatitis C biasanya tidak menimbulkan gejala sebelum tahap kronis. Sebenarnya, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa mereka mengidap hepatitis C sebelum akhirnya kerusakan hati terdeteksi dalam tes medis rutin beberapa tahun kemudian.
Siapa yang berisiko tertular hepatitis C lewat seks?
Beberapa kondisi dan aktivitas seksual tertentu dilaporkan memiliki risiko tinggi terhadap penularan hepatitis C, yaitu:
- memiliki beberapa pasangan seksual,
- menderita infeksi menular seksual (IMS) lainnya,
- merupakan positif HIV,
- melakukan hubungan seksual yang kasar,
- seks tanpa pengaman, seperti tidak pakai kondom atau dental dam, serta
- tidak menggunakan pengaman seks dengan benar.
Meskipun hepatitis C telah terdeteksi dalam air mani, risiko paling tinggi yaitu penularan melalui darah yang terinfeksi. Penularan ini bisa terjadi dari luka terbuka, sayatan, atau robekan lain pada kulit.
Kontak antara kulit dan kulit selama hubungan seks juga bisa menularkan darah dari satu orang ke orang lainnya, sehingga virus hepatitis dapat menyebar.
Merupakan hal umum untuk terkena ko-infeksi HIV dan hepatitis C. 50 – 90 persen pengguna obat HIV juga menderita hepatitis C. Hal tersebut dimungkinkan karena kedua kondisi ini memiliki faktor rIsiko serupa seperti berbagi jarum dan seks tanpa pengaman.
2 Jenis Hepatitis Berdasarkan Penyebabnya, Apa Saja?
Cara mencegah penularan penyakit hepatitis C
Hingga saat ini, tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Namun, ada cara untuk mencegah infeksinya termasuk berhenti menggunakan obat secara intravena dan berbagi jarum. Selain itu, berhenti menggunakan barang terkontaminasi, seperti jarum.
Selalu pastikan bahwa peralatan yang digunakan sudah disterilkan. Bahkan, Anda tidak boleh berbagi jarum yang digunakan untuk tato, tindik tubuh, atau akupuntur. Peralatan ini harus selalu disterilkan dengan hati-hati demi keamanan.
Saat jarum dan peralatan lainnya digunakan, mintalah dokter untuk mengikuti prosedur yang benar.
Jika Anda atau pasangan Anda terdiagnosis hepatitis C, Anda bisa mencegah penularan virus dengan banyak cara di bawah ini.
- Menggunakan kondom pada setiap kontak seksual, termasuk seks oral dan seks anal.
- Menggunakan kondom dengan benar untuk mencegah robek atau sobek selama berhubungan seks.
- Menahan diri untuk tidak terlibat kontak seksual saat Anda atau pasangan memiliki luka terbuka di alat kelamin.
- Melakukan tes penyakit kelamin dan meminta pasangan seks Anda untuk menjalaninya juga.
- Berhubungan seks dengan satu pasangan saja (tidak gonta-ganti partner seks).
- Jujur kepada semua pasangan seks Anda mengenai status kesehatan Anda.
- Melakukan pencegahan tambahan jika Anda positif HIV (kemungkinan Anda untuk tertular virus hepatitis C jauh lebih tinggi jika Anda menderita HIV). Untuk orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, tersedia tes di fasilitas pengobatan IMS.
Tes antibodi hepatitis C, disebut juga tes anti-HCV, merupakan tes yang menentukan keberadaan antibodi HCV dalam darah seseorang. Tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan virus hepatitis C jika seseorang telah terinfeksi virus ini.
Jika hasil tes antibodi tersebut positif, dokter biasanya menganjurkan tes lanjutan untuk memeriksa apakah orang tersebut memiliki hepatitis C yang aktif. Tes ini disebut tes viral load dengan RNA atau PCR.
Anda harus memeriksakan diri ke dokter secara teratur untuk melakukan skrining penyakit infeksi menular seksual (IMS) jika aktif secara seksual dan tidak berada dalam hubungan monogami.
Infeksi hepatitis C bisa tidak menimbulkan gejala selama beberapa minggu setelah paparan. Sepanjang waktu virus tersebut belum menunjukkan gejala, Anda mungkin saja telah menularkannya kepada pasangan seks Anda tanpa sadar.
The post Hubungan Antara Seks dan Penularan Hepatitis C appeared first on Hello Sehat.