Imunisasi adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah penularan penyakit. Tidak heran, Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan rangkaian imunisasi untuk anak-anak dan bayi wajib diberikan. Di balik manfaatnya, hal yang paling ditakutkan oleh orangtua adalah efek samping setelah pemberian imunisasi, seperti demam. Ini membuat sebagian dari orangtua memutuskan untuk anak-anak tidak diimunisasi. Padahal kalau tidak imunisasi atau terlambat, bisa membahayakan kesehatan anak. Maka, penting untuk orangtua memahami efek samping imunisasi.
Apakah anak pasti sakit setelah pemberian vaksin?
Bayi, anak-anak, dan orang dewasa mungkin akan mengalami sakit setelah imunisasi sebagai efek samping yang ditimbulkannya. Namun, sebagian besar vaksin jarang menimbulkan efek samping yang serius.
Risiko munculnya efek samping vaksin masih jauh lebih rendah dibandingkan risiko kena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin.
Setiap jenis vaksin memiliki efek samping yang berbeda, tetapi sebagian besarnya umumnya cukup ringan. Efek samping yang umumnya terjadi, termasuk:
- Rasa sakit sementara pada area yang disuntik
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan
- Gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit perut, muntah, hilang selera makan, dan sakit kepala)
Efek samping ini muncul tidak lama setelah vaksin diberikan, biasanya hanya 1-2 hari. Namun, jika Anda mengalami gejala yang berkelanjutan, segera periksakan diri ke dokter.
Meskipun begitu, vaksin juga bisa menimbulkan efek samping yang serius. Namun, ini memang sangat jarang terjadi. Berikut beberapa efek samping berat yang mungkin terjadi berdasarkan jenis vaksinnya.
- Live attenuated (LAV) misalnya setelah vaksin campak. Vaksin MR untuk campak dapat menimbulkan reaksi alergi berat dari cairan yang terkandung dalam vaksin, atau disebut dengan syok anafilaktik.
- Inactivates, ini termasuk pertusis. Vaksin ini menimbulkan efek samping hipotonik dan episode hiporesponsif.
- Toxoid, ini termasuk vaksin TT (tetanus). Vaksin ini bisa menimbulkan syok anafilaktik dan neuritis brakialis.
Oleh karena itu, sebelum Anda melakukan imunisasi, selalu beri tahu dokter atau perawat jika Anda memiliki alergi atau pernah mengalami reaksi alergi terhadap vaksin sebelumnya.
Hal ini dikarenakan akan ada kemungkinan seseorang bisa alergi terhadap vaksin, tapi ini sangat langka.
Penjelasan lengkap seputar efek samping imunisasi
Imunisasi termasuk ke dalam kategori obat dan seperti obat pada umumnya, vaksin memiliki reaksi tertentu pada tubuh.
Akan tetapi, sebagian besar efek samping yang ditimbulkan tergolong dalam penyakit ringan, seperti area suntikan terasa sakit atau anak demam setelah imunisasi.
Risiko munculnya efek samping anak divaksin jauh lebih rendah dibandingkan dengan risiko kena penyakit ketika anak terlambat imunisasi atau sampai tidak sama sekali.
Setiap imunisasi memiliki efek sampingnya masing-masing. Namun, efek samping yang paling umum di antaranya adalah sebagai berikut.
Efek samping imunisasi tingkat ringan
Mengutip dari About Kids Health, rata-rata efek samping imunisasi yang dialami bayi, anak-anak, dan orang dewasa bisa sembuh sendiri dan tidak berlangsung lama. Berikut beberapa di antaranya:
Nyeri pada lokasi suntikan
Anak Anda mungkin merasakan nyeri di bagian yang disuntik, biasanya di paha atau lengan. Tidak perlu khawatir karena ini adalah hal yang sangat wajar dan tidak membahayakan.
Saat disuntik, Anda bisa menenangkan anak dengan menggenggam tangan si kecil atau memeluknya.
Anda juga bisa menenangkan anak dengan memainkan boneka dan membuat cerita lucu. Meski ia akan merasa sakit dan menangis saat disuntik, setidaknya cara tersebut bisa menghibur si kecil.
Fobia jarum suntik
Anda memiliki rasa takut dengan jarum suntik? Hal itu bisa terjadi karena trauma masa kecil. Anak atau orang dewasa bisa mengalami fobia terhadap jarum suntik sebagai salah satu efek samping imunisasi.
Meskipun jarang terjadi, beberapa orang yang mengidap fobia jarum suntik bisa pingsan karena takut jarum suntik.
Bila Anda atau anak Anda mengalami fobia jarum suntik, diskusikan dulu dengan dokter dan tenaga kesehatan lain yang akan memberikan imunisasi.
Ini penting dilakukan agar dokter setidaknya mampu mencegah pasien imunisasi pingsan dan membuat anak agar tidak takut disuntik saat dewasa nanti.
Meski begitu, hindari terlambat dalam memberikan imunisasi pada si kecil karena bisa efek samping yang ditimbulkan lebih berbahaya.
Timbul kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan
Setelah pemberian imunisasi, mungkin saja timbul reaksi efek samping seperti kemerahan, bengkak, dan memar pada bagian tubuh yang disuntik.
Tenang, kompres dingin dapat membantu meringankan rasa tidak nyaman serta mengurangi pembengkakan yang muncul pada lokasi suntikan imunisasi.
Reaksi tersebut bisa muncul pada satu dari empat anak yang mendapat imunisasi. Gejala-gejala ini akan muncul setelah pemberian imunisasi dan akan hilang sendiri dalam waktu satu hingga dua hari.
Gejala seperti mau sakit flu
Setelah mendapatkan imunisasi, anak Anda mungkin mengalami gejala-gejala mirip dengan sakit flu, padahal bukan. Gejalanya antara lain:
- Demam ringan
- Sakit maag
- Muntah
- Nafsu makan menurun
- Sakit kepala
- Lemas dan pegal-pegal
Imunisasi bekerja dengan meniru cara kerja infeksi, karena itu, imunisasi kadang memberikan efek samping seolah-olah tubuh Anda terinfeksi suatu virus.
“Infeksi” ini tidak menyebabkan penyakit, justru akan melatih tubuh untuk meningkatkan sistem imun anak terhadap penyakit. Efek samping ini biasanya terjadi setelah melakukan rangkaian imunisasi hepatitis B dan DPT.
Efek samping imunisasi tingkat sedang
Center for Disease Control and Prevention (CDC) menuliskan dalam situs resminya bahwa ada beberapa efek samping imunisasi di level sedang yang sangat jarang terjadi. Beberapa tandanya yaitu:
- Demam di atas 38,8 derajat celcius (bahkan sampai kejang)
- Sendi kaku (banyak dialami anak remaja dan orang dewasa)
- Pneumonia pada anak
- Pembengkakan otak
- Jumlah trombosit rendah
Pada anak yang memiliki masalah sistem kekebalan tubuh yang serius, vaksin MMR bisa menyebabkan infeksi.
Bahkan pada kondisi yang sangat parah bisa mengancam kesehatan jiwa. Dokter biasanya akan menyarankan orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh yang serius tidak boleh diberi vaksin MMR.
Efek samping imunisasi tingkat berat
Kemungkinan seseorang mengalami efek samping tingkat berat sangatlah jarang. Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa kemungkinan hal itu terjadi 1 banding 1 juta orang yang menerima imunisasi.
Dampak dari imunisasi dengan tingkat yang sangat berat dan serius adalah:
- Reaksi alergi parah yang bisa memicu kematian
- Intususepsi pada vaksin rotavirus (penyumbatan usus)
Untuk efek samping imunisasi seperti intususepsi, risiko anak mengalami hal ini setelah imunisasi adalah 1 banding 20 ribu bayi yang menerima vaksin di Amerika Serikat.
Reaksi setelah imunisasi bisa terjadi beberapa menit atau jam setelah pemberian imunisasi.
Sebelum terlambat penting untuk orangtua memberitahu kondisi medis anak, seperti alergi makanan atau obat tertentu agar imunisasi disesuaikan.
Mengapa anak demam setelah imunisasi?
Imunisasi merupakan suatu cara untuk melindungi tubuh dari penyakit berbahaya sebelum penyakit tersebut kontak dengan seseorang.
Vaksin memanfaatkan mekanisme pertahanan alami dari tubuh, yaitu sistem imun atau sistem kekebalan tubuh, untuk membentuk pertahanan spesifik dalam melawan infeksi virus.
Ketika anak diimunisasi, tubuh anak dimasukkan vaksin yang sudah jinak. Kemudian, tubuh akan memproduksi sebuah respon imun dengan cara yang sama seperti ketika tubuh sedang terkena penyakit, tetapi tanpa tubuh menunjukkan gejala penyakit tersebut.
Saat tubuh terpapar penyakit yang sama di masa datang, sistem imun tersebut dapat merespon dengan cepat untuk mencegah penyakit tersebut berkembang.
Saat membentuk respon imun setelah anak diimunisasi inilah tubuh memberikan respon, seperti demam, gatal, dan nyeri pada bekas suntikan.
Tubuh membentuk sistem kekebalan tubuh baru gabungan dari vaksin imunisasi yang dimasukkan ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam).
Namun, tidak semua imunisasi memberikan respon demam, beberapa yang mungkin menyebabkan demam, mislanya imunisasi campak dan DPT (dipteri, pertusis, dan tetanus).
Selain itu, tidak semua anak juga mengalami respon demam ini, ada yang demam dan juga ada yang tidak. Tiap anak menunjukkan respon setelah imunisasi yang berbeda-beda.
Apa yang harus dilakukan jika anak demam setelah imunisasi?
Ya, demam merupakan respon tubuh yang normal setelah mendapat imunisasi. Biasanya suhu tubuh anak akan naik di atas 37,5 C setelah mendapat imunisasi. Sebagai ibu, Anda hanya perlu menanganinya dengan baik agar demam cepat turun.
Bagi anak yang masih menyusui, pemberian ASI yang lebih sering kepada anak dapat meringankan demam setelah imunisasi.
Anak yang diberi ASI eksklusif cenderung lebih jarangtmengalami demam setelah imunisasi daripada anak yang tidak menerima ASI eksklusif atau hanya menerima susu formula.
Alasan mengapa anak yang diberi ASI berkurang risikonya untuk mengalami demam setelah mendapat imunisasi sebenarnya belum jelas. Akan tetapi, ASI mungkin mengandung senyawa anti peradangan yang menurunkan risiko demam.
Ini mungkin juga karena anak yang diberi ASI memiliki kemungkinan yang lebih sedikit untuk kehilangan nafsu makan ketika mereka sedang merasa kurang sehat. Pasalnya, menyusu dapat memberikan rasa nyaman pada anak saat sakit.
Selain itu, anak yang menyusu ASI kemungkinan juga mendapatkan asupan nutrisi yang lebih daripada anak yang diberikan susu formula. Hal ini membuat anak lebih cepat pulih dari demamnya.
Selain itu, diketahui bahwa imunisasi juga bekerja lebih baik pada anak yang mendapat ASI.
Anda juga dapat mengompres anak dengan air hangat sebagai upaya untuk menurunkan demam. Kompresan ini bisa diletakkan di lengan atau paha di mana suntikan diberikan.
Pakaikan juga pakaian yang tipis kepada anak, tetapi pastikan anak tidak kedinginan. Biarkan anak istirahat dan berikan ia minum yang banyak.
Jika berbagai cara sudah dilakukan tetapi demam tidak turun, Anda boleh memberikan obat penurun panas sesuai rekomendasi dan dosis yang diberikan dokter.
Kapan harus waspada dan konsultasi ke dokter?
Jika Anda sudah mencoba cara di atas dan belum bisa meredakan demam sebagai efek samping imunisasi pada anak, berikan paracetamol atau ibuprofen pada dosis dan waktu yang tepat sesuai anjuran dokter.
Sebaiknya segera bawa anak ke dokter jika anak sudah menunjukkan gejala, seperti:
- Demam makin tinggi lebih dari 40 derajat C.
- Anak menangis lebih dari 3 jam pada satu waktu.
- Anak menjadi lesu dan mengantuk berlebihan.
- Bayi mengalami kejang karena demam sangat tinggi.
Imunisasi dapat melindungi kesehatan lebih dari satu anak. Imunisasi pada satu anak dapat memperkecil kesempatan anak tersebut untuk menderita penyakit dan menularkan penyakit kepada anak lainnya.
Jika tingkat imunisasi tinggi di suatu daerah, risiko penyebaran penyakit tertentu dapat menurun. Hal ini membuat mereka yang belum atau tidak menerima imunisasi pun dapat terlindungi dari penyakit.
Efek samping imunisasi yang serius memang sangat jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dalam kasus yang sangat langka, si kecil bisa saja mengalami hal-hal di bawah ini.
- Reaksi alergi parah atau anafilaktik yang ditandai dengan kesulitan bernafas dan tekanan darah turun
- Kejang
- Demam tinggi
- Nyeri sendi atau otot kaku
- Infeksi paru-paru
Berbagai gejala di atas termasuk ke dalam efek samping tingkat berat. Anda perlu membawa anak ke dokter bila mengalaminya.
Untuk anafilaktik atau reaksi alergi parah, kondisi ini sangat serius dan sering terjadi ketika pemberian imunisasi untuk 6 penyakit sekaligus.
Reaksi alergi parah ini sangat langka bahwa hanya bisa terjadi 1 banding 100 ribu kasus setelah diberikan imunisasi. Reaksi alergi parah di antaranya:
- Gatal-gatal
- Pembengkakan wajah dan tenggorokan
- Anak kesulitan bernapas
- Detak jantung cepat
- Tubuh lemas
Kondisi tersebut membutuhkan konsultasi segera dengan dokter atau sampai pergi ke unit gawat darurat (UGD).
Jangan khawatir, imunisasi tetap aman untuk anak
Sama seperti obat lain, efek samping imunisasi bisa terjadi. Namun, bukan berarti si kecil tidak diberikan imunisasi karena efek samping anak terlambat imunisasi lebih bahaya daripada efek samping vaksin yang sangat jarang terjadi.
Mengutip dari NHS, bahan utama dari vaksin adalah bakteri, virus, atau racun dalam dosis kecil yang telah dilemahkan atau dihancurkan di laboratorium terlebih dahulu. Apa artinya? Ini membuktikan bahwa tidak ada risiko terkena penyakit dari vaksin.
Terkadang vaksin mengandung bahan lain yang membuat vaksin lebih aman dan efektif mencegah penyakit. Hal ini yang menyebabkan risiko kerusakan atau efek sampingnya sangat kecil.
Meski menimbulkan efek samping, anak Anda tetap perlu mendapatkan imunisasi.
Hindari untuk keterlambatan atau bahkan tidak memberi imunisasi sama sekali pada si kecil. Pasalnya, risiko anak terkena penyakit lebih besar ketika tidak divaksin dibandingkan saat diberikan vaksin.
The post Mengenal Berbagai Efek Samping Imunisasi: Bahaya Atau Tidak? appeared first on Hello Sehat.