Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin penggunaan terapi antibodi monoklonal buatan perusahaan farmasi Eli Lilly sebagai obat COVID-19. Antibodi monoklonal yang disebut bamlanivimab ini digunakan untuk mencegah perburukan pada pasien COVID-19 gejala ringan.
Pada Senin (9/11), FDA mengizinkan obat antibodi khusus ini dipasarkan di bawah ketentuan penggunaan darurat.
“Otorisasi darurat ini memungkinkan kami menyediakan bamlanivimab sebagai pengobatan COVID-19 membantu menambahkan alat berharga bagi dokter yang memerangi pandemi global,” kata CEO Eli Lilly, David Ricks, dalam keterangan tertulisnya.
Apa itu terapi antibodi monoklonal COVID-19 buatan Eli Lilly?
“Data (studi) BLAZE-1 menunjukkan bamlanivimab, ketika diberikan pada awal perjalanan penyakit, dapat membantu pasien membersihkan virus dan mengurangi risiko rawat inap terkait COVID-19. Hasil ini mendukung keyakinan kami bahwa antibodi penetral virus dapat menjadi pilihan terapeutik yang penting bagi pasien COVID-19,” kata Daniel Skovronsky, kepala tim laboratorium penelitian dan ilmiah Eli Lilly.
Obat antibodi monoklonal adalah antibodi sintetis yang dibuat untuk memblokir virus dan mencegahnya menginfeksi sel. Konsepnya hampir sama dengan pengobatan yang dikenal sebagai terapi plasma darah atau plasma konvalesen.
Ketika terinfeksi COVID-19, sistem kekebalan tubuh manusia secara alami akan membentuk antibodi untuk melawan penyakit tersebut. Antibodi ini akan mengikat dan melawan virus yang menginfeksi tubuh.
Pengobatan terapi plasma darah dilakukan dengan mentransfusi langsung antibodi pasien sembuh ke pasien sedang berjuang melawan COVID-19. Transfusi antibodi yang terkandung dalam plasma darah ini dipercaya dapat membantu melawan virus pada masa awal infeksi sampai kekebalan tubuh pasien terinfeksi mampu memproduksi antibodi sendiri.
Tapi terapi plasma darah memiliki keterbatasan yakni donasi plasma dari pasien sembuh mengandung campuran antibodi yang berbeda-beda. Menurut studi di Journal of Clinical Virology, ada antibodi yang efektif melawan COVID-19 tapi ada juga yang tidak berpengaruh apapun.
Obat antibodi monoklonal buatan Eli Lilly mengambil konsep pengobatan plasma darah dalam pengobatan COVID-19. Namun, salah satu jenis terapi imun ini mampu menghindari keterbatasan pengobatan plasma darah karena tidak tergantung kepada pasokan donor dan perbedaan tingkat keefektifan antibodi yang dikandungnya.
Antibodi monoklonal memilih antibodi yang mampu menargetkan patogen tertentu seperti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dan kemudian diproduksi secara massal di laboratorium.
Obat buatan Eli Lilly ini mengandung antibodi yang dipercaya dapat membantu menetralkan pergerakan virus dalam menginfeksi sel-sel sehat dalam tubuh.
452,291
382,084
14,933
Apakah obat ini efektif?
Obat antibodi monoklonal buatan Eli Lilly sekarang dapat digunakan untuk mengobati COVID-19 gejala ringan hingga sedang pada pasien berusia di atas 12 tahun. Mereka yang berusia di atas 65 tahun atau dengan kondisi medis kronis tertentu juga dapat diresepkan obat tersebut.
Tetapi pengobatan antibodi ini tidak diizinkan untuk pasien yang dirawat inap di rumah sakit atau memerlukan terapi oksigen karena COVID-19. FDA mengatakan obat tersebut tidak terbukti bermanfaat bagi pasien tersebut dan dapat memperburuk status klinis mereka.
Tujuan utama pemberian obat ini adalah agar pasien COVID-19 dengan gejala ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
FDA ingin membatasi penggunaan obat Lilly untuk orang-orang yang memiliki 10% kemungkinan membutuhkan rawat inap. Sehingga kemungkinan pasien ini membutuhkan rawat inap turun menjadi sekitar 3%.
Pemberian antibodi monoklonal pada pasien COVID-19 yang tidak dirawat di rumah sakit ini tidak mudah karena harus diberikan melalui intravena atau infus. Satu dosis obat ini diberikan dalam infus yang berlangsung setidaknya satu jam dan dipantau selama satu jam setelahnya.
The post Mengenal Terapi Antibodi Eli Lilly sebagai Pengobatan COVID-19 appeared first on Hello Sehat.